Tuan Presiden, berundinglah dengan mereka. Saya ingin kembali ke Tunisia. Mereka bisa membunuh saya kapan pun."
Tripoli (ANTARA News) - Sebuah kelompok militan di Libya hari Senin mengeluarkan video yang menunjukkan sandera yang diculik dari Kedutaan Besar Tunisia meminta pemerintah di Tunis berunding dengan penculiknya.

Mohamed ben Sheikh terlihat menangis selama tayangan lima menit itu, dimana ia meminta Presiden Tunisia membantu menyelamatkannya dari kondisi buruk itu.

Ia disandera oleh sebuah kelompok tidak terkenal yang menamakan diri Shabab Al-Tawhid.

"Tuan Presiden, mengapa anda ingin merenggut hidup saya?... Jika tidak ada negosiasi, maka mereka tidak akan membebaskan saya," katanya.

"Tuan Presiden, berundinglah dengan mereka. Saya ingin kembali ke Tunisia. Mereka bisa membunuh saya kapan pun," tambahnya.

Video itu dipasang di situs-situs jejaring sosial.

Mohamed ben Sheikh adalah salah seorang dari dua pejabat yang diculik dari Kedutaan Besar Tunisia oleh penyerang. Yang satu lagi adalah diplomat Al-Aroussi Kontassi.

Penculikan mereka dilakukan selama serangkaian serangan terhadap diplomat di Tripoli, ibu kota Libya.

Selasa lalu, orang-orang bersenjata bertopeng menculik Dubes Yordania Fawaz Aitan ketika ia berangkat ke tempat kerjanya, dan mereka menembaki kendaraannya dan melukai supirnya. Kedutaan Besar Portugal juga diserang oleh orang-orang bersenjata.

Setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah Muamar Gaddafi, militan di Libya, khususnya di wilayah timur, menyerang aparat keamanan, warga asing, hakim, aktivis politik serta pekerja media, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Serangan bom mobil yang ditujukan pada sebuah akademi militer di kota Benghazi, Libya timur, pada 17 Maret, menewaskan sedikitnya tujuh prajurit dan mencederai 12 orang

Pada 22 Desember, serangan bom mobil bunuh diri terhadap sebuah pos keamanan 50 kilometer dari Benghazi menewaskan 13 orang.

Pada 2 Maret, orang-orang bersenjata menembak mati seorang insinyur Prancis di Benghazi.

Pada 24 Februari, tujuh orang Mesir ditemukan tewas akibat penembakan di dekat Benghazi, sementara pada Januari, orang-orang bersenjata menculik lima diplomat Mesir di Tripoli dan menahan mereka selama beberapa jam.

Pada 5 Desember, seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi, 15 bulan setelah serangan mematikan terhadap konsulat AS di kota Libya timur itu.

Korban tewas adalah seorang warga AS yang mengajar di sekolah internasional di kota itu, kata juru bicara badan keamanan Ibrahim al-Sharaa.

Pada hari yang sama, dua prajurit Libya tewas ditembak dalam insiden-insiden terpisah - serangan mematikan terakhir terhadap aparat keamanan dalam beberapa pekan ini.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan di Benghazi.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014