Terancam Sanksi PDIP, Effendi Simbolon: Apa Salah Saya?

Terancam Sanksi PDIP, Effendi Simbolon: Apa Salah Saya?

- detikNews
Kamis, 20 Nov 2014 07:02 WIB
Jakarta - Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon ditegur dan terancam sanksi dari PDIP lantaran bersikeras menentang kebijakan kenaikan harga BBM. Mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR ini pun buka-bukaan soal alasannya berani menentang sikap partai banteng.

"Loh kan saya menyuarakan hati nurani yang saya sadari. Saya kan sadar apa yang saya ucapkan. masak dikomentari dengan sanksi, jangan merendahkan martabat PDI Perjuangan dong. PDIP itu partainya wong cilik loh," kata Effendi membuka percapakan santai dengan detikcom, Rabu (19/11/2014).

Effendi mengaku punya dasar yang kuat menentang kebijakan partai itu. Dia mengaku tidak anti dengan penyesuain harga BBM. Namun dia ingin pemerintah melakukan berbagai upaya konkret terlebih dahulu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya minta langkah konkret dari pemerintah mana untuk sektor energi. Kalau hanya memindahkan beban ekonomi ke rakyat dengan meliberalkan BBM bersubsidi ini kan aliran neolib, ini bertentangan dengan PDIP," kritiknya tajam.

"Jangan kita membeiarkan energi ini dinikmati para pengusaha, makanya mana komitmenmu sesuai kampanye Jokowi memberantas mafia. Jangan dijawab dengan urusan sanksi, memangnya saya melanggar apa kok harus ditilang. Janganlah merendahkan martabat PDI Perjuangan. Saya sangat prihatin," kata Effendi.

Effendi berharap Presiden Jokowi melakukan reformasi besar-besaran di sektor energi sebelum menaikkan harga BBM. "Audit Pertamina 5 tahun terakhir, bubarkan petral. Benahi Tataniaga kemudian buka jaringan diversifikasi berbasis fosil. Saya bukan anti penyesuaian harga, tapi dahuluilah dulu dengan tindakan konkret di sektor energi bukan semerta-merta melimpahkan untuk pembangunan waduk yang nggak ada relevansinya," protesnya.

"Kita memang nothing, makanya saya katakan ini outsorurching, tapi tolong hargai rakyat yang mendukungmu. Jangan lukai hati mereka. Apa artinya partai tanpa rakyat, nggak ada artinya, kosong. Belajarlah dari partai yang terus menurun setiap pemilu," pungkasnya.

(van/mpr)